Rabu, 05 Maret 2014

Makalah Tari Jaipong



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tari Jaipong”. Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah berjasa mengajarkan dan menyebarkan ajaran islam kepada seluruh umat.
Pada kesenian rakyat, tari pergaulan dipengaruhi tradisi lokal. Pertunjukan tari-tari pergaulan tradisional tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara bergaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.                  Bapak Drs.H.Dadang Syarif Hidayat, S.Pd M.Pd, selaku Kepala SMK As-Saabiq.
2.                  Bapak Nanang A.M, selaku Guru Mata Pelajaran Seni Budaya,
3.                  orang tua tercinta yang telah membantu baik moril maupun materi,
4.                  rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah hasil karya yang sempurna, baik dari segi penulisan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang. Amiin.


                                                                                   Tasikmalaya, Januari 2014
                                                                                                     Penulis


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar belakangMasalah.........................................................
B.       Rumusan Masalah.................................................................
C.       Tujuan...................................................................................
D.      Kegunaan..............................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A.      Sejarah dan Perkembangan Tari Jaipong di Indonesia...............................................................................
B.       Gerakan Tari Jaipong............................................................
C.       Macam-macam Penari Jaipong.............................................
D.      Macam-macam Alat Musik Tari Jaipong.............................

BAB III PENUTUP
A.      Simpulan...............................................................................
B.       Saran.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................





 BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tari jaipong adalah sebuah jenis tari pergaulan tradisional masyarakat Sunda, Jawa Barat, yang cukup populer di Indonesia. Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak memengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni.
Dalam kehidupan sehari-hari cenderung masih banyak orang yang kurang mengetahui tentang selu-beluk tari jaipong, khususnya bagi masyarakat Jawa Barat sendiri.
Berdasarkan permasalahan di atas agar dapat lebih menambah wawasan mengenai tari jaipong, dapat dilakukan dengan membaca dari berbagai sumber buku, membuka internet, maupun bertanya kepada orang yang lebih tahu, sehingga kita tertarik untuk mempelajari tari jaipong sebagai salah satu usaha pelestarian kebudayaan Jawa Barat.
Terkait dengan permasalahn di atas, penyusun tertarik untuk membuat makalah yang berjudul “Tari Jaipong” sebagai langkah peluasan pengetahuan dan wawasan tentang tri jaipong.


B.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimanakah sejarah terbentuknya tari jaipong?
2.         Bagaimanakah perkembangan tari jaipong di Indonesia?
3.         Apasaja gerakan tari jaipong?
4.         Apa saja pola tari jaipong?
5.         Sebutkan macam-macam penari jaipong!
6.         Sebutkan macam-macam alat musik tari jaipong!

C.      Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1.         Untuk mengetahui sejarah terbentuknya tari jaipong,
2.         Untuk mengerahui perkembangan tari jaipong di Indonesia,
3.         Untuk mengetahui gerakan tari jaipong,
4.         Untuk mengetahui pola tari jaipong,
5.         Untuk mengetahui macam-macam penari jaipong,
6.         Untuk mengetahui macam-macam alat musik tari jaipong

D.      Kegunaan Makalah
A.       Secara Teoretisis
Secara teoretis, makalah ini berguna sebagai pembelajaran dan memperluas pengetahuan atau wawasan siswa.
B.       Secara Praktis
Secara praktis, makalah ini berguna untuk bekal atau untuk dipraktekkan di masyarakat.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah dan Perkembangan Tari Jaipong di Indonesia
1.         Sejarah
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatar belakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong.
Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat. Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Jaipongan merupakan karya utama Gugum Gumbira.
Description: Gambar


Description: Gambar




2.         Perkembangan
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.
Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya “kaleran” (utara).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng,
Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata dan Asep. Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian kemancanegara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.


B.       Gerakan Tari Jaipong
Jaipong memiliki dua kategori dalam gerakannya:
1.         Ibing Pola (Tarian Berpola)
Tarian ini biasanya dilakukan secara rampak (berkelompok) dikoreografi, disajikan dalam panggung untuk kebutuhan tontonan saja.  
Rangkaian Ibing Pola tari jaipong dapat dibedakan menjadi empat bagian :
a.         Bukaan, merupakan gerakan pembuka,
b.        Pencugan, merupakan bagian kumpulan gerakan-gerakan,
c.         Ngala, bisa juga disebut titik merupakan pemberhentian dari rangkaian tarian, dan
d.        Mincit, merupakan perpindahan atau peralihan.
2.         Ibing Saka (Tarian Acak)
Penyajian jenis ini populer di kawasan Subang dan Karawang, disebut juga sebagai Bajidor. Bajidor sendiri sering diasosiasikan sebagai akronim Barisan Jelama Boraka (Barisan Orang-orang Durhaka). Tarian ini lebih merakyat karena, posisi penonton sejajar dengan penari. Dan penonton bisa ikut menari.

C.      Macam-Macam Penari Jaipong
1.    Penari Tunggal
2.    Penari Rampak (kolosal)
              Penari rampak (kolosal) terdiri dari :
a.         Rampak sejenis
b.        Rampak Berpasangan
c.         Tunggal laki-laki dan tunggal perempuan
d.        Berpasangan laki-laki / perempuan


D.      Macam-macam Alat Musik Tari Jaipong
1.         Kendang
Kendang, kendhang, atau gendang adalah instrumen dalam gamelan Jawa Tengah yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar.

2.         Saron I, II
Saron atau yang biasanya disebut juga ricik ,adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan.
Dalam satu set gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih
tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.
Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau menabuh bergantian antara saron 1 dan saron 2. Cepat lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis gendhingnya.

3.         Bonang
Bonang  adalah salah satu bagian dari seperangkat Gamelan Jawa, Bonang terbagi menjadi dua yaitu Bonang barung dan Bonang penerus.


4.         Kacapi Rincik
Kacapi rincik memperkaya iringan musik dengan cara mengisi ruang antar nada dengan frekuensi-frekuensi tinggi, khususnya dalam lagu-lagu yang bermetrum tetap seperti dalam kacapi suling atau Sekar Panambih. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi yang lebih kecil dengan dawai yang jumlahnya sampai 15.

5.         Demung

Demung adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan.
Dalam satu set gamelan biasanya terdapat 2 demung, keduanya memiliki versi pelog dan slendro. Demung menghasilkan nada dengan oktaf terendah dalam keluarga balungan, dengan ukuran fisik yang lebih besar. Demung memiliki wilahan yang relatif lebih tipis namun lebih lebar daripada wilahan saron, sehingga nada yang dihasilkannya lebih rendah. Tabuh demung biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu, lebih besar dan lebih berat daripada tabuh saron.

6.         Rebab

Rebab (Arab الربابة atau ربابة - "busur (instrumen)"),[1] juga rebap, rabab, rebeb, rababah, atau al-rababa) adalah jenis alat musik senar yang dinamakan demikian paling lambat dari abad ke-8 dan menyebar melalui jalur-jalur perdagangan Islam yang lebih banyak dari Afrika Utara, Timur Tengah, bagian dari Eropa, dan Timur Jauh. Beberapa varietas sering memiliki tangkai di bagian bawah agar rebab dapat bertumpu di tanah, dan dengan demikian disebut rebab tangkai di daerah tertentu, namun terdapat versi yang dipetik seperti kabuli rebab (kadang-kadang disebut sebagai robab atau rubab).

7.         Kecrek
Kecrek adalah alat musik perkusi yang digunakan dalam seni perdalangan.Kecrek berfungsi sebagai alat pemberi isyarat segala macam bentuk aba-aba iringan maupun gerakan atau sikap wayang dapat juga berfungsi sebagai penghias irama lagu.Jika dimainkan alat ini akan mengeluarkan suara crek crek crek.

8.         Sinden
Pesindhén, atau sindhén (dari Bahasa Jawa) adalah sebutan bagi wanita yang bernyanyi mengiringi orkestra gamelan, umumnya sebagai penyanyi satu-satunya. Pesindén yang baik harus mempunyai kemampuan komunikasi yang luas dan keahlian vokal yang baik serta Pesinden juga sering disebut sinden, menurut Ki Mujoko Joko Raharjo berasal dari kata "pasindhian" yang berarti yang kaya akan lagu atau yang melagukan (melantunkan lagu). Sinden juga disebut waranggana "wara" berarti seseorang berjenis kelamin wanita, dan "anggana" berarti sendiri. Pada zaman dahulu waranggana adalah satu-satunya wanita dalam panggung pergelaran wayang ataupun pentas klenengan.




9.         Gong

Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Gong inidigunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong seperti ini.
Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis.

10.     Juru alok
Dalam karawitan Sunda, alok adalah nyanyian atau kawih yang biasanya dilantunkan secara solois oleh seorang pria seperti yang sering kita dengar dalam pergelaran wayang golek, wayang kulit, wayang cepak, kiliningan, celempungan, bujangga, dan sebagainya. Di lingkungan karawitan Sunda, orang yang melantunkannya disebut Juru Alok atau Wiraswara. Syairnya berupa pantun (sisindiran) atau kata-kata yang dirangkai menurut kehendak penyanyinya. Dalam syair lagunya, seringkali diselipkan nama seseorang sebagai penghormatan atau sebagai cara untuk mendapatkan saweran. Di daerah Cirebon dan Indtramayu, menyebut nama seseorang dalam sindenan disebut jambu alasan.


BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Tari Jaipong adalah tarian yang berasal dari Jawa Barat yang merupakan ciptaan Gugum Gumbira,yang gerakannya sangat gemulai dan ayu. Tari Jaipong merupakan identitas kesenian Jawa Barat yang kadang digunakan saat acara-acara penting, upacara, ataupun menyambut orang-orang asing yang datang ke Indonesia. Sejarah perkembangan tari jaipong sangat cepat dan mengalami peningkatan yang signifikan. Tari ini sangat banyak diminati oleh  masyarakat karena gerakannya yang sangat menarik. Perkembangan tari jaipong bukan hanya tersebar di jawa barat saja tapi juga telah sampai ke luar negri.

B.       Saran
Penyusun berharap agar tari jaipong akan terus mengakar di kebudayaan Indonesia dan akan tetap dilestarikan oleh generasi muda. Penulis juga berharap agar adanya partisipasi dari para pembaca untuk tetap mengambil peran dalam pelestarian budaya Indonesia.





DAFTAR PUSTAKA

Google.com. tarijaipong.[online]. Tersedia di:
Google.com.gambartarijaipong.[online]. Tersedia di :
http://www.google.com/gambar+tari+jaipong.org.mozilla


 

i
ii


1
2
2
2



3
6
6
7


11
11




2 komentar: